Sunday, November 27, 2016

fiil tsulasi dan ruba'i 2



BAB I
PENDAHULUAN

            Sharaf merupakan salah satu cabang ilmu bahasa Arab yang sangat penting dalam memahami dam mempelajari bahasa Arab itu sendiri. Pokok bahasan dalam ilmu sharaf adalah mengenai perubahan kata dalam suatu kalimat. Ketika seseorang membaca teks bahasa Arab tetapi tidak mengetahui kaidah-kaidah sharaf maka kemungkinan pemahamannya akan salah terhadap konteks kalimat tersebut.

            Oleh sebab itu pemakalah mencoba untuk sedikit menguraikan tentang kata kerja (fi'il) dalam suatu kalimat beserta perubahan-perubahannya, yaitu fi'il tsulatsy mazied dan fi'il ruba'i mazied.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    FI'IL TSULATSY MAZID
زَيْدُ الُثلَاَثِىِ اَْربَعٌ مَعْ عَشٍْر= وَهِيَ لِأَقْسَامٍ ثَلاَثٍ تََجْرِيْ
Fi'il Tsulatsi Mazid (yakni Fi'il yang terdiri dari tiga huruf asal, lalu ditambah huruf tambahan satu, dua atau tiga huruf) itu ada empat belas bab. Adapun empat belas tersebut dibagi menjadi tiga bagian seperti yang akan diterangkan.[1]
  1. Adapun yang pertama disebut Ruba'i/fi'il tsulatsy mazid (yakni fi'il yang terdiri dari tiga huruf asal lalu ditambah satu huruf).[2] Fi'il Ruba'i (Tsulatsi Mazid) babnya ada tiga yaitu:
-        Wazan af'ala أَفْعَلَ, dengan tambahan hamzah sebelum fa' fi'il, seperti lafazh أَحْسَنَ dan أَكْرَمَ.
-        Wazan fa'-'ala فَعَّلَ, dengan men-ta'dhif-kan 'ain fi'il-nya, seperti lafaz قَطَّعَ dan قَدَّمََ.
-        Wazan faa'ala فَاعَلَ dengan tambahan alif diantara fa fi'il dan 'ain fi'il, seperti lafaz قَاتَلَ dan خَاصَمَ .

  1. Adapun yang kedua disebut dengan Fi'il Tsulatsi Mazid Khumasy (yakni fi'il yang terdiri dari tiga huruf asal lalu ditambah dua huruf tambahan).[3] Adapun babnya ada lima , yaitu:
-        Wazan tafa'-'ala تَفَعَّلَ dengan tambahan ta sebelum fa' fi'il dan 'ain fi'il yang di-tadh'if-kan, seperti lafaz تَقَدَّمَ dan تَصَدَّعَ .
-        Wazan tafaa'ala تَفاَعَلَ dengan tambahan ta sebelum fa fi'il dan huruf alif  diantara fa' fi'il dan 'ain fi'il seperti lafaz  تَقَاتَلَ dan      تَخَاصَمَ
-        Wazan if'alla إِفْعَلَّ dengan tambahan hamzah washal sebelum fa fi'il dan lam fi'il yang di-tadh'if-kan, seperti lafaz إِحْمَرَّ dan إِصْفَرَّ.
-        Wazan ifta'ala dengan tambahan hamzah washal sebelum fa fi'il dan huruf ta di antara fa fi'il dan 'ain fi'il-nya, seperti lafaz إِتَّصَلَ   dan  إِجْتَمَعَ
-        Wazan infa'ala إِنْفَعَلَ, dengan tambahan hamzah washal dan nun sebelum fa fi'il. Seperti lafaz إِنْكَسَرَ dan إِْنشَعَبَ

  1. Adapun yang ketiga disebut Fi'il Tsulatsi Mazid Sudasi (yakni fi'il yang terdiri dari tiga huruf asal lalu ditambah tiga huruf tambahan). Adapun babnya ada enam, yaitu:
-        Wazan if'awalla إِفْعَوََّلَ dengan tambahan hamzah washal sebelum fa fi'il dan wawu yang di-tasydid-kan di antara 'ain fi'il dan lam fi'il-nya, seperti lafaz:
-        إِجْلَوَّذ dan إعْلَوََّطَ .
-        Wazan if'anla إِفْعَنْلى seperti lafaz: إِسْلَنْقى ditambah hamzah, nun dan ya yang ditukar kepada alif maqsurah.
-        Wazan if'anlala إِفْعَنْلَلَ , seperti lafaz: إِقْعَنْسَسَ ditambah nun, hamzah dan takrar lam fi'ilnya serta di idghamkan.
-        Wazan if'au-'ala إِْفعَوَّلَ dengan tambahan hamzah washal sebelum fad an 'ain fi'il yang di-tadh'if-kan seperti tambahan huruf wawu di antar kedua 'ain-nya, seperti lafaz إِغْدَوْدَنَ dan إِغْشَوْشَبَ .
-        Wazan if'aalla إِفْعَالَّ, dengan tambahan hamzah washal sebelum fa fi'il dan huruf alif sesudah 'ain fi'il, serta lam fi'il yang di-tadh'if-kan, seperti lafaz إِحْمَارَّ dan إِعْوَارَّ .
-        Wazan istaf'ala إِسْتَفْعَلَ dengan tambahan hamzah washal, huruf sin dan huruf ta sebelum fa fi'il-nya seperti lafaz إِسْتَغْفَرَ dan اِسْتَقَام .









 


















B.     FI'IL RUBA'I MAZID
Adapun fil'il Ruba'i Mazid (yakni Fi'il yang terdiri dari empat huruf asal lalu ditambah satu huruf atau dua huruf tambahan) itu ada dua macam, yaitu[4]:
1.      Fi'il Ruba'i Mazid Khumasy (yakni Fi'il yang terdiri dari empat huruf asal lalu ditambah satu huruf tambahan). Adapun bab nya ada satu, yaitu:
Wazan tafa'lala تَفَعْلَلَ , dengan tambahan ta sebelum fa fi'il, seperti lafaz تَدَحْرَجَ dan تَبَعْثَرَ
Dikategorikan dalam fi'il ruba'i mazid satu huruf (yaitu wazan tafa'lala) sebanyak tujuh wazan, semua berasal dari fi'il tsulatsi, lalu ditambahkan kepada huruf ilhaq, dan ditambahkan pula kepadanya ta yaitu[5]:
1)      wazan tafa'lala, seperti lafaz تَجَلْبَبَ dan تَشَمْلََلَ
2)      wazan tamaf'ala, seperti lafaz تَمَنْدَلَ .
3)      wazan tafau'ala, seperti lafaz تَكَوْثَرَ dan تَجَوْرَبَ .
4)      wazan tafa'wala, seperti lafaz تَسَرْوَلَ dan ترَهْوَكَ .
5)      wazan tafai'ala, seperti lafaz تَسَيْطَرَ dan تَشَيْطَنَ .
6)      wazan tafa'yala, seperti lafaz  تَرَهْيَأَ
7)      wazan tafa'laa, seperti lafaz تَقَلْسى dan تَجَعْبَى .

2.      Fi'il Ruba'i Mazid Sudasy (yakni Fi'il yang terdiri dari empat huruf asal lalu ditambah dua huruf tambahan).[6] Adapun babnya ada dua, yaitu:
1)      Wazan if'anlala إِفْعَنْلَلَ dengan tambahan hamzah washal sebelum fa fi'il dan nun di antara 'ain fi'il dan lam fi'il yang pertama, seperti lafaz إِحْرَنْجَمَ dan إِفْرَنْقَعَ .
2)      Wazan if'alalla إِفْعَنْلَلََ , dengan tambahan tambahan hamzah washal sebelum fa fi'il dan nun di antara 'ain fi'il dan lam fi'il yang kedua di-tadh'ifkan-kan. Seperti lafaz إِسْبَطَرَ , إِقْشَعَرََّ dan إِطْمَأَنَّ.

Dikategorikan ke dalam fi'il ruba'i mazid dua huruf, yaitu sebanyak dua wazan; bentuk asalnya dari fi'il tsulasi, lalu ditambahkan huruf ilhaq, kemudian ditambahkan lagi dua huruf.
1)      Wazan if'anlala, seperti lafaz إِقْعَنْسَسَ dan إِقْعَنْدَدَ .
2)      Wazan if'anlaa, seperti lafaz إِحْرَنْبى dan إِسْلَنْقى .
3)      Wazan ifta'laa, seperti lafaz إِسْتَلْقى dan dan إِجْتَبى .

Ilhaq artinya, hendaknya menambahkan kepada huruf asal kalimah sebanyak satu huruf bukan tujuan yang menyangkut masalah makna, tetapi sekedar menyamakannya dengan wazan kalimat lain. Tujuannya ialah supaya kalimat yang dimulhaqkan diberlakukan sama dalam hal tashrif dengan kalimat yang menjadi panutannya.[7]


 








C.    MAKNA-MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM WAZAN-WAZAN
1.      Wazan af'ala أَفْعَلَ diungkapkan untuk menunjukkan makna ta'diyah (untuk menjadikan fi'il lazim menjadi fi'il muta'addi), seperti أَجْلَسَ (mendudukan), أَخْْرَجَ (mengeluarkan), dan أَقاَمَ (mendirikan).
Atau untuk menunjukkan makna mushadafah seperti kedua contoh ini:
أَبْخَلْتُهُ         Aku membuatnya pelit.
أَعْظَمْتُهُ       Aku menghormatinya.
Atau untuk menunjukkan makna salab (melenyapkan) seperti dalam contoh ini
أَقْشَيْتُهُ أَقْذَيْتُهُ aku telah melenyapkan keluhannya dan hal yang mengganjal di matanya.
Atau untuk menunjukkan makna memasuki suatu waktu atau suatu tempat, seperti dalam contoh-contoh dibawah ini.
أَصْحَرَ        Dia telah memasuki padang sahara.
 أَعْرَقَ         Dia telah memasuki negeri Irak
أَتْهَمَ            Dia telah memasuki negeri Tihamah
أَنْجَدَ            Dia telah memasuki negeri Najad
أَصْبَحَ         Dia telah berpagi hari
أَمْسىََ       Dia telah bersore hari
أَََضْحى Dia telah bersiang hari,
atau untuk menunjukkan makna hainuunah, yaitu fa'il telah mendekati saat masuk kedalam asal fi'il; atau dengan kata lain untuk menunjukan saat yang dimaksud dari fi'il telah tiba, seperti dalam contoh di bawah ini:
اَحْصَدَ الزَرْعُ           Tanaman itu telah tiba masa panennya
أَصْرَمَ الّنَخْلُ            Pohon kurma itu telah tiba saatnya untuk dipotong,
atau untuk menunjukan makna lainya.[8]
2.      Wazan fa'-'ala فَعََّلَ diungkapkan untuk menunjukkan makna taktsir (memperbanyak) seperti contoh:
جَوَلْتُ                     Aku telah memperbanyak jalan.
طَوَّفْتُ                     Aku telah memperbanyak thawaf,
atau untuk menunjukan makna ta'diyah, seperti kedua contoh di bawah ini:
خَرَّجْتُهُ                    Aku telah mengeluarkannya
فَرََّحْتُهُ                  Aku telah membuatnya gembira,
atau untuk menunjukkan makna menisbat-kan maf'ul kepada asal fi'il seperti pada contoh berikut:
كَذَبْتُهُ                      Aku telah mendustakannya (menuduhnya dusta)
فَسَّقْتُهُ                      Aku telah memfasikkannya (menuduhnya fasik),
atau untuk menunjukkan makna salab (melenyapkan) seperti pada contoh berikut:
قَرَّدْتُ البَعِيْرَ            Aku telah mlenyapkan kutu dari unuta itu
قَشَرْتُ الفَاكِهَة          Aku telah mengupas buah itu,
atau untuk menunjukkan makna tawajjuh (menghadap) ke arah yang dijadikan sebagai fi'ilnya, seperti pada contoh-contoh:
شَرَّقَ                       Dia telah ke timur
غَرَّبَ                      Dia telah ke barat
صَعَّدَ                       Dia telah naik,
atau untuk menunjukkan makna ringkasan dari kata-kata yang mukarrab dengan maksud untuk menceritakan tentangnya, seperti contoh di bawah ini:
كَبَّرَ                         Dia telah membaca takbir
هَلَّّلَ                 Dia telah membaca laailaha illallah
حَمَدَ                        Dia telah membaca alhamdulillah
سَبَّحَ                        Dia telah mambaca subhanallah,
atau untuk menunjukkan makna, bahwa fa'il menyerupai hal yang fi'il diambil daripadanya, seperti dalam contoh:
قَوَّسَ ظَهْرُ عَلِيٍّ                    Punggung Ali seperti busur panah.
Makna dimaksud adalah punggung Ali melengkung (bongkok) seperti busur panah. Atau untuk menunjukkan makna-makna lainnya.[9]
3.      Wazan faa'ala (فاعل) diungkapkan untuk menunjukkan makna mufaa'alah seperti dalam contoh:
جَاذَبْتُ عَلِيًّا ثَوْبَهُ                  Aku telah menarik Ali, yakni pakaiannya,
atau untuk menunjukkan makna taktsir (memperbanyak) seperti dalam contoh:
ضَاعَفْتُ أجْرَ المُجْتَهِدُ           Aku telah melipatgandakan upah mujtahid,
كَاثَرْتُ إحْسَانِى عَلَيْهَ             Aku telah memperbanyak kebaikanku terhadapnya,
atau untuk menunjukkan makna muwalah (berturut-turut), seperti dalam contoh:
تَابَعْتُ القِرَأةَ                        Aku meneruskan bacaan.
وَالَيْتُ الصَّوْمَ                       Aku meneruskan puasaku secara berturut-turut,
atau untuk menunjukan makna lainnya.[10]
4.      Wazan tafa'-'ala  تفعّل diungkapkan untuk menunjukkan makna muthawa'ah; yang dimuthawa'ah-kannya adalah wazan fa'-'ala, seperti dalam contoh:
هَذَّبْتُهُ فَتَهَذَّبْ                        Aku telah mendidiknya, maka terdidiklah dia.
عَلَّمْتُهُ فَتَعَلَّمْ                          Aku telah mengajarinya, maka belajarlah dia,
atau untuk menunjukkan makna takalluf (terpaksa) seperti dalam contoh-contoh:
تَكَرَّمَ                       Ia terpaksa menghormatinya.
تَشَجَّعَ                      Ia terpaksa memberanikan diri,
atau untuk menunjukkan makna thalab (permintaan) seperti dalam contoh:
تَعَظّمَ وَتَيَقَنَ             Ia meminta supaya menjadi besar dan berkeyakinan,
atau untuk menunjukan makna lainnya.[11]
5.      Wazan tafaa'ala تفاعل diungkapkan untuk menunjukkan makna musyarakah (kebersamaan), seperti dalam contoh-contoh:
تَخَاصَمَا                  Keduanya saling bertengkar.
تَعَارَكَا                     Keduanya saling memukul,
atau untuk menunjukkan makna takalluf (pura-pura) contoh:
تَجَاهَلَ                     Pura-pura bodoh atau tidak mengetahui.
تَكَاسَلَ                     Pura-pura malas.
تَغَابَى                      Pura-pura tidak mengerti,
atau untuk menunjukkan makna muthawa'ah, yaitu menjadi muthawa'ah dari wazan faa'ala, seperti dalam kedua contoh:
بَاعَدْتُهُ فَتَبَاعَدَ           Aku telah menjauhkannya, maka menjauhlah dia.
تَابَعْتُهُ فَتَتَابََعَ                   Aku telah mengikutinya, maka mengikutlah dia.[12]
6.      Fi'il berwazan if'alla إفعلّ untuk menunjukkan makna warna atau cacat diungkapkan untuk menunjukan makna muballaghah dalam subjek yang dimaksud dan untuk menampilkan keparahannya, seperti:
إحمرّ (merah tua), إصفرّ (kuning tua), إعورّ (buta sekali), إحولّ (juling sekali).[13]
7.      Wazan ifta'ala إِفْتَعَلَّ diungkapkan untuk menunjukkan makna muthawa'ah, yang dijadikan subjek muthawa'ah-nya adalah fi'il tsulatsy seperti dalam contoh:
جََمَعْتُهُ فَاجْتَمَعَ ِ   Aku telah mengumpulkannya, maka terkumpullah dia.
غَمَمْتُهُ فَاغَتَمَّ            Aku telah menyusahkannya, maka susahlah dia.
Begitu juga dimuthawa'ah-kan dengan nya wazan af'ala seperti dalam contoh:
أنصفته فانتصف      Aku telah menyadarkannya, maka sadarlah dia.
Dapat dimuthawa'ahkan juga dengannya wazan fa'-'ala, seperti dalam contoh:
عدلت الرمح فاعتدل ِAku telah meluruskan tombak itu, maka luruslah dia.
Terkadang wazan ifta'ala ini diungkapkan untuk menunjukkan makna ittikhadz (mengambil) seperti dalam contoh:
إشتوى                    mengambil  pemanggang.
إختم                        memakai cincin,
atau untuk menunjukan makna tasyarruk, seperti dalam contoh:
إجتوراََ                 keduanya saling aniaya.
إشتورا                    keduanya saling bermusyawarah,
atau untuk menunjukan makna upaya yang sungguh-sungguh disertai dengan upaya yang berlebihan, contoh:
إكتسب                    Dia telah berusaha dengan sungguh dan semaksimalnya.
إكتتب                     Dia telah menulis dengan sungguh dan semaksimalnya,
atau untuk menunjukan makna ikhtiyar (pilihan), seperti إنتقى (memilih), إصطفى (memilih), إختار (menyeleksi).[14]
8.      Wazan infa'ala إنفعل diungkapkan untuk menunjukkan makna muthawa'ah; kebanyakan wazan ini dipakai untuk muthawa'ah bagi fi'il tsulatsy yang muta'addi kepada satu maf'ul, seperti dalam contoh:
كسرته فانكسر         Aku telah memecahkannya, maka pecahlah barang itu.
قدته فانقاد                Aku telah menuntunnya, maka menurutlah dia.
Terkadang wazan ini diungkapkan untuk menunjukan makna muthawa'ah wazan af'ala, seperti dalam contoh:
أغلقت الباب فانغلق              Aku tutup pintu itu, maka tertutuplah pintu itu.
أجعزت عليا فانزعج            Aku telahmengejutkan Ali, maka terkejutlah dia.[15]
9.      Wazan if'aw 'ala إفعوعل (dengan tambahan hamzah washal, huruf 'ain fi'ilnya dan wawu di antara kedua 'ain fi'il tersebut).  إفعوّل (dengan tambahan hamzah washal dan wawu yang ditasydid sesudah 'ain fi'il) dan إفعالّ (dengan tambahan hamzah washal, alif setelah 'ain fi'il dan lam fi'il) mempunyai makna mubalaghah, artinya makna pada wazan-wazan tersebut mempunyai kelebihan daripada makna yang ada pada mujarradnya.
إفعوعل       seperti إخشوشن            = menjadi sangat kasar
إفعوّل         seperti إعلوّط                = merangkul
إفعاّل          seperti إدهام                  = menjadi sangat hitam.[16]

10.  Wazan if'anla إفعنلى , seperti lafazh: إسلنقى- إسلنقاءً (ditambah hamzah, nun, dan ya yang ditukar kepada alif makshurah,pada lafazh  إسلنقى asalnya سلق (merebus); menjadi إسلنقى (terlentang).[17]
11.  Wazan if'anlala إفعنلل diungkapkan untuk makna muthawa'ah bagi wazan fa'lala, seperti:
حرجمت الإبل فاحرنجمتْ ِ            Aku telah mengumpulkan unta-unta itu, maka berdesakanlah unta-unta itu.
12.  Wazan istaf'ala إستفعل diungkapkan untuk menunjukan makna thalab, seperti dalam contoh:
إستغفرت الله واستوهبته       Aku memohon ampun kepada Allah dan meminta pemberian dari-Nya.
atau untuk menunjukkan makna tahawwul dari suatu keadaan yang lain, seperti contoh-contoh:
إستنوق الجمل                     Unta muda itu menjadi dewasa.
إستنسر البغات                     Burung kakak tua itu menjadi seperti burung nasar
إستنيست الشّاة                     Kambing muda itu menjadi kambing dewasa.
إستحجرالطين                      Tanah liat itu menjadi batu.
atau untuk menunjukkan makna mushadafah, seperti dalam contoh dibawah ini:
إستكرمته                            Aku telah menghormatinya.
إستسمنته                             Aku telah menggemukkannya.
atau untuk meringkas kalam yang murakkab, seperti dalam contoh:
إسترجع                              Dia telah beristirja'.
Dikatakan demikian bila dia mengatakan: inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uuna sesungguhnya kami kepunyaan Allah, dan hanya kepada-Nya-lah kita kembali). Atau untuk makna-makna lainnya.[18]
13.  Wazan if'alalla إفعللّ diungkapkan untuk menunjukan makna mubalaghah, seperti:
إشمعلّ فى مشيه                   Ia berjalan dengan sangat semangat.
Contoh lainnya إشمأزّ (sangat bosan), إطمأنّ (sangat tenang), dan إقشعرّ (sangat menggigil).[19]
14.  Wazan if'anlala إفعنلل diungkapkan untuk makna muthawa'ah bagi wazan fa'lala, seperti:
حرجمت الإبل فاحرنجمت     
Aku telah mengumpulkan unta-unta itu, maka berdesakkanlah unta-unta itu.[20]
15.  Wazan tafa'lala تفعلل diungkapkan untuk makna muthawa'ah bagi wazan fa'lala, seperti:
دحرجته الكرة فتدحرجت        Aku telah menggelindingkan bola, maka menggelindinglah bola itu.
بعثرت الحب فتبعثر        Aku telah menaburkan benih, maka bertaburlah benih itu.







Fi'il yang muthlak dengan تفعلل ini ada enam (6) wazan.[21] Yaitu:

No
Wazan
Contoh
Asal
Artinya
1
2

3
4
5
6
تَفَعْلَلَ
تفعول

تفوعل
تفعيل
تفيعل
تفعلى
تمعدد
تسروك

تكوثر
ترهيأ
تسيطر
تجعبى
معد
سرك

كثر
رَهَأ
سطرَ
جعب

Pergi menjauh
Berjala perlahan-lahan
Banyak
Bergerak
Berkuasa
Berdesakan, bertumpukan
















BAB III
PENUTUP

Simpulan
Fi'il Tsulatsi Mazid (yakni Fi'il yang terdiri dari tiga huruf asal, lalu ditambah huruf tambahan satu, dua atau tiga huruf) itu ada empat belas bab. Adapun empat belas tersebut dibagi menjadi tiga bagian
Adapun yang pertama disebut Ruba'i/fi'il tsulasi mazid (yakni fi'il yang terdiri dari tiga huruf asal lalu ditambah satu huruf).
-        Adapun yang kedua disebut dengan Fi'il Tsulatsi Mazid Khumasy (yakni fi'il yang terdiri dari tiga huruf asal lalu ditambah dua huruf tambahan).
-        Adapun yang ketiga disebut Fi'il Tsulatsi Mazid Sudasi (yakni fi'il yang terdiri dari tiga huruf asal lalu ditambah tiga huruf tambahan).

Adapun fil'il Ruba'i Mazid (yakni Fi'il yang terdiri dari empat huruf asal lalu ditambah satu huruf atau dua huruf tambahan).
-        Fi'il Ruba'i Mazid Khumasy (yakni Fi'il yang terdiri dari empat huruf asal lalu ditambah satu huruf tambahan).
-        Fi'il Ruba'i Mazid Sudasy (yakni Fi'il yang terdiri dari empat huruf asal lalu ditambah dua huruf tambahan).

Makna-makna yang terkandung dalam wazan-wazan, yaitu:
1.            Wazan af'ala أَفْعَلَ diungkapkan untuk mennjukkan makna ta'diyah (untuk menjadikan fi'il lazim menjadi fi'il muta'addi).
2.            Wazan fa'-'ala فَعََّلَ diungkapkan untuk menunjukkan makna taktsir (memperbanyak).
3.            Wazan faa'ala (فاعل) diungkapkan untuk menunjukkan makna mufaa'alah.
4.            Wazan tafa'-'ala  تفعّل diungkapkan untuk menunjukkan makna muthawa'ah; yang dimuthawa'ah-kannya adalah wazan fa'-'ala.
5.            Wazan tafaa'ala تفاعل diungkapkan untuk menunjukkan makna musyarakah (kebersamaan).
6.            Fi'il berwazan if'alla إفعلّ untuk menunjukkan makna warna atau cacat diungkapkan untuk menunjukan makna muballaghah dalam subjek yang dimaksud dan untuk menampilkan keparahannya.
7.            Wazan ifta'ala إِفْتَعَلَّ diungkapkan untuk menunjukkan makna muthawa'ah, yang dijadikan subjek muthawa'ah-nya adalah fi'il tsulatsy.
8.            Wazan infa'ala إنفعل diungkapkan untuk menunjukkan makna muthawa'ah; kebanyakan wazan ini dipakai untuk muthawa'ah bagi fi'il tsulatsy yang muta'addi kepada satu maf'ul.
9.            Wazan if'aw 'ala إفعوعل (dengan tambahan hamzah washal, huruf 'ain fi'ilnya dan wawu di antara kedua 'ain fi'il tersebut).  إفعوّل (dengan tambahan hamzah washal dan wawu yang ditasydid sesudah 'ain fi'il) dan إفعالّ (dengan tambahan hamzah washal, alif setelah 'ain fi'il dan lam fi'il) mempunyai makna mubalaghah, artinya makna pada wazan-wazan tersebut mempunyai kelebihan daripada makna yang ada pada mujarradnya.
10.        Wazan if'anla إفعنلى , seperti lafazh: إسلنقى- إسلنقاءً (ditambah hamzah, nun, dan ya yang ditukar kepada alif makshurah,pada lafazh  إسلنقى asalnya سلق (merebus); menjadi إسلنقى (terlentang).
11.        Wazan if'anlala إفعنلل diungkapkan untuk makna muthawa'ah bagi wazan fa'lala.
12.        Wazan istaf'ala إستفعل diungkapkan untuk menunjukan makna thalab.
13.        Wazan if'alalla إفعللّ diungkapkan untuk menunjukan makna mubalaghah.
14.        Wazan tafa'lala تفعلل diungkapkan untuk makna muthawa'ah bagi wazan fa'lala.
15.        Wazan if'anlala إفعنلل diungkapkan untuk makna muthawa'ah bagi wazan fa'lala.




[1] Achmad Sunarto, Ilmu Sharaf (terjemah Kitab Nazham Maqshud), Bandung: Sinar Baru, 1992. h. 12.
[2] Ibid., h. 12..
[3] Ibid., h. 13.
[4] Ibid., h. 15.
[5] Bahauddin Abdullah Ibnu Aqil, Terjemah Alfiah (Syarah Ibnu Aqil), Bandung: Sinar Baru, 1992. h. 989-990.
[6] Acmad Sunarto, loc. cit.
[7] Bahauddin Abdullah Ibnu Aqil, op. cit., h. 992.
[8] Ibid., h. 996.
[9] Ibid., h. 997.
[10] Ibid., h. 998.
[11]Ibid., h. 999.
[12]Ibid., h. 999.
[13] Ibid.
[14] Ibid., h. 1000.
[15] Ibid.
[16] Syaikh Musthafa al-Gulayaini, Terjemah Jami’ud Durulil Arabi’ah 1, Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992. h. 441-443.
[17] H. Mochammad Anwar, Imu Sharaf (terjemah Matan Kailani dan Nazham al-Maqshud), Bandung: Sinar Baru, 1989. h. 15.
[18] Bahauddin Abdullah, op. cit., h. 1001.
[19] Ibid., h. 1002.
[20] Ibid., h. 1003-1004.
[21] Syaikh Musthafa, op. cit., h. 449

6 comments: