Wednesday, November 30, 2016

fiil lazim dan fiil mutaaddi



BAB I
PENDAHULUAN

Fi'il lazim itu adalah fi'il yang sampai ke-pada maf'ulnya dengan melalui bantuan huruf jar, kemudian jika hal yang di-jarkan-nya itu buka berupa anna dan an, maka huruf jar tidak boleh dibuang kecuali berdasarkan sima'ii (idiom).
Apabila ternyata hal yang dijarkannya itu berupa anna dan an maka hal tersebut boleh dilakukan secara kias manakala tidak dikhawatirkan adanya kekeliruan pemahaman. Demikianlah menurut mazhab yang shahih.
Fi'il muta'addi ialah fi'il yang sampai kepada maf'ulnya tanpa bantuan huruf jar, hamzah, tadh'if, contohnya:
حفظت درسا وكتبته dan dinamai dengan fi'il waqi' atau mujawaiz. Alamat fi'il muta'addi hendaknya dhamir ha yang kembali bukan kepada mashdhar muttashil dengannya yang dinamakan maf'ul bih.
Contoh:
الباب اغلقته pintu itu telah tertutup.
(علامة الفعل المتعدى أن تصل : (ها) غير مصدرية نحو عمل)













BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Fi'il Muta'addi ialah fi'il yang tidak memerlukan maf'ul bih atau
 وأما غير المتعدى لم يتجاوز ن الفاعل كقولك حسن زيد  ويسمى لازم وغير واقع.
Ghair muta'addy disebut fi'il lazim (الفعل اللازم) yaitu fi'il (الفعل) yang tidak membutuhkan objek (مفعول به) hanya membutuhka subjek (الفاعل). Fi'il ini juga disebut juga dengan fi'il ghair waqi'.[1]
Contohnya:
Zaid itu tampan: حسن زيد
Amar itu mulia: كرم عمر
Fi'il lazim ialah fi'il yang tidak dapat sampai kepada maf'ul bih nya kecuali dengan bantuan huruf jar.[2]
Contoh:
مررت بزيد  :          Aku melalui si Zaid (memakai huruf jar ب)
atau fi'il tersebut tidak mempunyai maf'ul.
Contoh:
 قام زيد :                 Zaid telah berdiri
ذهب سعيد :             Zaid telah pergi
سافر خالد :              Khalid telah bermusafir.[3]
Sedangkan fi'il muta'addy (الفعل المتعدى) ialah fi'il yang memerlukan maful bih (المفعول به) atau
الفعل إما متعدى وهو الفعل الذى يتعدى من الفعل إلى المفعول به كقولك ضربت زيدا ويسمى ايضا واقعا.
Fi'il itu ada yang muta'addy, yaitu fi'il atau kata kerja yang membutuhkan subjek daripada objek atau pelaku dan penderita yang dikenai pekerjaan. Fi'il itu juga disebut fi'il waqi'. Contoh nya: ضربت زيدا : saya telah memukul Zaid.[4]
Atau fi'il muta'addy itu adalah fi'il yang sampai kepada maf'ulnya tanpa huruf jar. Seperti:
ضَرَبْتُ زَيْدا : Saya telah memukul Zaid.
Fi'il muta'addy itu terbagi kapada tiga bagian:
  1. Manasabkan satu maf'ul bih saja.
Contoh:
Dia telah menulid pelajaran:  كَتَبَ الدَّرْسَ
Dia telah paham masalah itu:   فَهِمَ المسألةَ.
  1. Menasabkan dua maf'ul bih.
a.       Kedua maf'ulnya itu berasal dari mubtada dan khabar, zhanna dah akhwatnya, yaitu: هب, ظن, خال, حسب, زعم, جعل, عدّ, حجا ini semua memberi arti mengira atau menjaga atau menduga.
b.      Kedua ma'ulnya itu bukan berasal mubtada dan habar.
yaitu seperti: أعطى  dan lafadz كسا .
3.      Fi'il muta'addy (membutuhkan) tiga maf'ul, yaitu seperti lafadz اعلم dan lafadz آرى, أنبأ, نبّأ, أخبر, خبّر.  .[5]

Kemudian mengenai fi'il lazm ialah:
 ولازم غير المعدى وحتم ... لزوم افعال السجايا كنهم.
Fi'il lazim ialah fi'il yang selain muta'addy dan dipastikan fi'il lazim itu af'aws-sajaya seperti lafadz nahima.[6]
Adapun fi'il-fi'il yang termasuk fi'il lazim, ialah:
1.      Fi'il Sajiyyah, yaitu yang berarti watak, seperti
نَهِمَ :     tukang makan/ rakus شرف
كَرُمَ :    mulia.
بَخِلَ :    kikir dan ظَرَفَ : cantik.
2.      Fi'il wazan إِفْعَنْلَلَ , seperti : إِقْشَعَرََّ إِطْمَأَنَّ.
3.      Fi'il yang menyerupai lafadz إقعنسس, yaitu wazan إِفْعَنْلَلَ  seperti إِحْرَنْجَمَ
4.      Fi'il yang menunjukan arti bersih (berkaitan dengan kebersihan), seperti lafadz:
طَهُرَ الثَّوْبُ : pakaian itu telah bersih, atau contoh lainnya ialah lafadz نَظُفَ.
5.      Fi’il yang menunjukkan makna yang berkaitan dengan masalah kotoran
contoh:
قَدَرَ, بَخَسَ, وَسَخَ, دَنَسَ .
6.      Fi'il yang menunjukan arti sifat, seperti: مرض, برئ, قرح, حمر. .
7.      Fi'il yang muthowa'ah, yaitu fi'il yang menerima akibat dari pekerjaan fi'il muta'addy, seperti:
مُدَّةَ فَاعِلِهِ = ia memanjangkan karet, maka menjadi panjanglah karet itu. Lafadz إِمْتدَّ  fi'il muthowa'ah, sebab yang menerima akibat dari مَدَّهُ atau seperti:
 إِنْ عَصَيْتَ اللهَ فَتَهَّلَكْتَ = kalau kamu bermaksiat kepada Allah, tentu kau celaka.
Jadi adanya celaka itu akibat maksiat.[7]

Fi'il menjadi muta'addy:
1.      Bila dimasuki hamzah muta'addy , contohnya sepertinya lafazh:
الله لا إله الا هو الحي القيوم نزل الكتاب بالحق مصدقا لما بين يديه وانز التورة والإنجيل من قبل هدى للناس وانزل الفرقان.
Allah tidak ada tuhan melainkan dia yang hidup kekal lagi senantiasa berdiri sendiri. Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepadamu dengan sebebnarnya: membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan taurat dan injil, sebelum (Al-Quran) menjadi tunjuk bagi manusia dan dia menurunkan al-Furqan)
2.      Atau dengan tadlif pada huruf keduanya
Contohnya:
نزّل عليك الكتاب : Dia menurunkan Al-Kitab (Al-Quran) kepadamu
3.      Atau menunjukkan arti sama sama berbuat:
Contohnya:
جلس العلماء (saya ssama sama duduk berdampingan dengan ulama)
4.      Atau berbawaan استغل dia menunjukan arti: menuntut atau hubungan atau pandangan, contohnya seperti:
استخرجت المال (saya berusaha mengeluarkan harta)
استقبحت الظلم (saya memandang buruk penganiaian)
5.      Atau gugur bersama harus zar, dan tidak terjadi melainkan beserta ان atau أنّ contohnya:
 شهد الله انّه لااله الاالله (Allah bersaksi tiada Tuhan kecuali Dia)
او عجبتهم ان جاء كم ذكر مرربكم (Dan apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Tuhanmu).
yang menjadi contoh: عجب ان  dan شهد ان
huruf yang gugur: ب dari شهد dan من dari عجب

B.     Mengubah Bentuk Fi’il Lazim menjadi Muta’addi
            وتعدّيه فى الثلاثى المجرد بتضعيف العين وبالهمزة كقولك فرّحتُ زيدا واجاسته ويحرف الجرّ فى الكل نحو: ذهبت بزيد وانطلقت به
Memuta’addykan  (الفعل اللازم ) dari tsutlatsi mujarrad
1.      بتضعيف العين (ditasdidkan ‘ain fi’ilnya pada tsulatsi mujarrad), contohnya: فرّ dibuat تفعيل contohnya: فرّحتُ زيدَا asalnya فرح
2.      Ditambah hamzah
a.       فرحت زيدا (saya telah menggembirakan zaid) asalnya فرح زيد (zaid marah)
b.      Saya telah menundukkan dia: اجلسته asalnya (zaid duduk) جلس زيد
c.       كرم احمد (ahmad mulia) merupakan fi’il lazim dan dimuta’addykan menjadi Bakar telah memuliakan Ahmad (كرم بكرا احمد)
3.      Ditambah huruf jar.[8]
Contoh dari fi’il tsulatsy mujarrad:
ذهبتُ بزيد (saya telah memberangkatkan zaid) sama dengan اذهبته
Contoh dari fi’il tsulatsy mazid:
(Saya telah memberangkatkannya) انطلقت به asalnya (zaid telah berangkat) اسلنقى زيد احمد (Zaid menjatuhkan Ahmad sampai telentang) اقشعرّ اسد بزيدِ (Harimau itu telah menggigit kulit Zaid).
















BAB III
PENUTUP
Simpulan
Fi’il lazim ialah fi’il yang tidak memerlukan maf’ul bih atau fi’il yang hanya memerlukan subjek dan tidak memerlukan objek. Fi’il ini di sebut fi’il waqi.
            Fi’il muta’addy ialah fi’il yang memerlukan maf’ul bih atau kata kerja yang membutuhkan subjek dan objek atau pelaku dan penderita yang dikenai pekerjaan.
            Fi’il muta’addy itu terbagi tiga bagian, yaitu:
1.      yang muta’addi kepada satu maf’ul saja
2.      yang muta’addi kepada dua maf’ul
3.      fi’il yang muta’addi kepada tiga maf’ul
Fi’il lazim ialah fi’il yang bukan muta’addi dan yang mesti lazim, ialah fi’il fi’il sebagai berikut:
1.      fi’il sajiah
2.      fi’il yang menyerupai lafadz uq’ansasa
3.      fi’il yang menunjukkan arti bersih
4.      fi’il yang berarti kotor
5.      fi’il yang wajannya افعلّ
6.      fi’il yang menunjukkan arti sifat
7.      fi’il yang muthowa’ah










DAFTAR PUSTAKA

-          Anwar, Kh Moch. Ilmu Sharaf Terjemahan Matan Kailani dan Nazham Al-Maqsud. Sinar Baru Al-geslendo. Subang 1987.
-          'Aqil, Ibnu. Terjemah Alfiyah. Penerbit Sinar Baru. Bandung.
-          Khailani, Syekh Musthafa. Jami'uddurush Arabiyah.
-          Syekh Muhammad. Terjemah Matan Alfiyah. Penerbit Pustaka Offset. Bandung. 1996.
-          Sunarto, Ahmad. Kaidah-kaidah Bahasa Arab. Al-Hidayah. Surabaya.
















[1] Kh. Moch. Anwar . Ilmu Sharaf Terjemahan Kailani dan Nazam al-Maqsud. h. 17
[2] Ibnu ‘Aqil. Terjemah Alfiah Syarah. h. 351
[3] Syekh Musthofa Kailani. Jami’uddurush Arabiyah. h. 23

[4] Syekh muhammad bin Malik Al- Andalusy. Terjemah Matan Alfiah. h. 144-145
[5] Ibnu ‘Aqil Terjemah Alfiah Syarah. h. 351
[6] Ibnu ‘Aqil Terjemah Alfiah Syarah. h. 353
[7] Syekh Muhammad bin Malik Al- Andalusy. Terjemah Matan Alfiah. h. 145-146

[8] Ahmad Sunarto. Kaidah-Kaidah Bahasa Arab (Terjemah Qawaidhul Lugah)

No comments:

Post a Comment