Saturday, November 26, 2016

Fiil Mudhori



BAB I
PENDAHULUAN

            ‘Ilmu Sharaf merupakan satu cabang ilmu yang digunakan sebagai alat untuk mempelajari bahasa Arab, yang mana dengan ilmu tersebut seseorang dapat memahami dengan jelas maksud dan kandungan dari teks-teks berbahasa Arab terutama kitab suci al-Quran sebagai petunjuk bagi keselamatan umat manusia.
            Suatu kebanggaan bagi mereka yang dapat menguasai ‘Ilmu Sharaf dengan sempurna, terlebih lagi bagi mereka yang ingin mempelajari ilmu-ilmu pengetahuan berbahasa Arab. Akan tetapi, sangat ironis umat Islam sekarang ini banyak tidak menguasai ilmu tersebut sehingga diantara mereka kadang mempunyai kesulitan dalam memahami teks-teks berbahasa Arab.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini mencoba untuk memberikan sumbangsih berupa sedikit pengetahuan (mengutip dari berbagai literatur) tentang ‘Ilmu Sharaf  dengan mengambil beberapa bagian yang penting yaitu berupa penjelasan tentang fi’il mudhori’ dan bagian-bagiannya.














BAB II
PEMBAHASAN

A.    Ta’rif Fi’il Mudhori’

الفعل المضارع هو كل فعل يدل على حصول عمل فى الزمان الحاضر أو المستقبل
-         Fi’il mudhori’ yaitu tiap-tiap fi’il yang menunjukkan atas perbuatan pada masa sekarang atau masa yang akan datang.
      Contoh: يَكْتُبُ مُحَمَّدٌ          فعل مضارع

B.     Fi’il Mudhori’ dan Binanya
Apabila fi’il mudhori’ tersusun dalam suatu kalimat, maka fi’il mudhori’ tersebut adakalanya keadaan:
1.      Marfu’  (مرفوع)
2.      Manshub   (منصوب)
3.      Majzum   (مجزوم)
-         Tanda rafa’nya fi’il mudhori’ adalah dhammah (ضمة)  terbagi 2:
1.      Dhammah Dzahirah   (ضمة ظاهرة)         contoh:  يَضْرِبُ
2.      Dhammah Muqaddarah  (ضمة مقدرة)    contoh:      يَخْشَى 
-         Tanda nashabnya fi’il mudhori’ adalah fathah (فتحة) jika dimasuki amil nashab:
1.      Fathah Dzahirah (فتحة ظا هرة)    contoh: لَنْ يَضْرِبَ
2.      Fathah Muqaddarah (فتحة مقدرة)  contoh:  لَنْ يَخْشَ    
-         Tanda jazamnya fi’il mudhori’ adalah sukun (سكون) jika dimasuki amil jazam:
      Contoh: لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ    

Fi’il mudhori’ yang mu’rab ditandai dengan dhammah (ضمة) ketika rafa’, dengan fathah (فتحة) ketika nashab dan ditandai dengan sukun (سكون) ketika jazam, dan itu jika fi’il mudhori’ tersebut dalam keadaan shahihul akhir (صحيح الاخر) dan huruf akhirnya tidak bertemu sesuatu (bebas dari huruf ‘illat). Akan tetapi, apabila fi’il mudahori’nya berupa mu’tal akhir (معتل الاخر) maksudnya, huruf akhirnya berupa huruf ‘illat dan tidak bertemu dengan sesuatu, maka jazamnya ditandai dengan membuang huruf akhir tersebut.
Contoh:
Lafal
Arti
Huruf akhir yang dibuang
لَمْ يَسْعَ
Dia (laki-laki) tidak mendengar
Huruf ‘illat alif
لَمْ يَرْمِ
Dia (laki-laki) tidak melempar
Huruf ‘illat ya’
لَمْ يَدْعُ
Dia (laki-laki) tidak mengundang
Huruf ‘illat ta’

Apabila fi’il mudhori’ bertemu dengan salah satu dari:
-         Nun taukid tsaqilah,    contoh: يَكْتُبَنَّ
-         Nun taukid khafifah,    contoh: يَكْتُبَنْ
-         Nun niswah,                contoh: يَكْتُبْنَ
Maka hukumnya tidak mu’rab melainkan mabni, yaitu:
-         Mabni atas fathah, ketika bertemu nun taukid tsaqifah atau nun taukid khafifah.
Contoh:
Lafal
Bertemu dengan
يَكْتُبَنَّ
Nun taukid tsaqifah
يَكْتُبَنْ
Nun taukid khafifah

-         Mabni atas sukun apabila bertemu dengan jama’ niswah.
Contoh:


Lafal
Bertemu dengan
يَكْتُبْنَ
Nun jama’ niswah

C.    Tanda-Tanda Fi’il Mudhori’
1                   أَمَّا الْمُضَارِعُ فَهُوَ ماَ كاَنَ أَوَّلُهُ إِحْدَى الزَّوَائِدِ الأَرْبَعِ وَهِيَ الْهَمْزَةُ وَالنُّوْنُ والْيَاءُ والتَّاءُ يَجْمَعُهَا أَنَيْتُ أَوْ أَنَيْتَ أَوْ نَأْتِى
Fi’il mudhori’ ialah fi’il yang huruf awalnya terdiri dari salah satu huruf za’idah yang empat macam yaitu: hamzah, ya’, ta’, dan nun yang terhimpun pada lafaz أَنَيْتُ atau أَنَيْتَ atau نَأْتِى , huruf-huruf tersebut dinamakan huruf mudhora’ah.
Contoh:                        Aku minum                               - الهمزة : أَنَا أَشْرَبُ
                                    Kami menulis                              - النون : نَحْنُ نَكْتُبُ  
                                    Muhammad membaca     - الياء : يَقْرَأُ مُحَمَّدٌ  
                                    Fathimah memasak                   - التاء : تََطْبَعُ فَاطِمَةُ

2        Bisa dimasuki huruf سوف, سين  dan قد
Contoh:                        Dia akan masuk neraka - سين : سَيَصْلى نَارًا
                                    Dia aka melihat             - سوف : سَوْفَ يَرَى
                                                                                    - قد : قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُوْنَ
3        Bisa dimasuki (diawali) huruf (amil) nashab:
Amil Nashab
 
فَالنَّوَاصِبُ عَشَرَةٌ وَهِيَ أَنْ, لَنْ, اِذَنْ, كَيْ, لاَمُ الْجُحُوْدِ حَتَّى وَالْجَوَابُ بِالْفَاءِ وَالوَاوِ وأَوْ



 
Yang menashabkan secara langsung
أَنْ, لَنْ, اِذَنْ, كَيْ
 
Yang menashabkan secara tidak langsung
لاَمْ كَيْ لاَمْ جُحُوْدْ حَتَّى جَوَابْ دَعَن فا وَاوُ أَوْ
 
           
                                     
-         Menashabkan dengan dirinya sendiri:
1)      أَنْ contoh         :                                   عَجِبْتُ مِنْ أَنْ تَلْعَبُ
2)      لَنْ contoh         :                                   لَنْ تَنَالُ الْبِرّ
3)      إِذَنْ contoh        :                                   إِذَنْ أُكْرِمُكَ  
4)      كَيْ contoh        :                                   جِئْتُ كَيْ تُكْرِمُكَ
                                               
-         Menashabkan secara tidak langsung (tersembunyi) ada 2 macam:
1        Yang menshabkan dengan أَنْ tersembunyi yaitu لام كي dengan syarat tidak didahului oleh lafaz ماكان atau لم يكن contoh: حَضَرْتُ لِأَقْرَأَ
2        Yang menashabkan dengan أن tersembunyi dengan syarat didahului oleh lafaz ماكان atau لم يكن ada 5:
1)      لام الجحود yaitu lam yang berada pada kalimat yang dinafikan.
Contoh :  مَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ   asalnya : لِأَنْ يُعَذِّبَهُمْ  
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka” (QS. Al-Anfal: 33)
2)      حتى dengan arti إلى
Contoh : أُطْلُبُ الْعِلْمَ حَتَّى تَأْتِيَكَ الْمَوْتُ  (carilah ilmu sampai maut menjemputmu).
atau dengan arti lam ta’lil (لم تعليل) seperti contoh:
 أُطْلُبُوا الْعِلْمَ حَتَّى يَأْجُرَكَ الله (carilah ilmu, karena Allah akan memberi pahala kepadamu).
3)      Menjawab dengan (ف) seperti dalam contoh:
أَقْبِلْ فَأُحْسِنَ إِلَيْكَ (menghadaplah, maka aku akan berbuat baik kepadamu).
4)      Menjawab dengan واو المعية seperti dalam contoh:
أَقْبِلْ وََأَحْسِنَ إِلَيْكَ (menghadaplah, kusertakan kebaikan untukmu).
5)      أَوْ dengan makna إِلاَّ seperti dalam contoh:
لِأَحْقِرَنَّكَ أَوْ تَأْتِى مَا يَلْزَمُ عَلَيْكَ (niscaya aku akan menghinakanmu, kecuali kamu melakukan pekerjaan yang sudah menjadi kebiasaanmu).
atau أو dengan makna إلى seperti dalam contoh:
لَأَطْلُبَنَّ الْعِلْمَ أَوْ أَعْلَمَ الْعُلُوْمَ الدِّيْنِيَّةَ (aku benar-benar akan menuntut ilmu sampai aku menguasai ilmu-ilmu agama).

4        Bisa dimasuki (diawali) huruf (amil) jazam:


 






وَالْجَوَازِمُ ثَمَانِيَةَ عَشَرَ وَهِيَ لَمْ ولََمَّا واَلَمْ واَلَمَّا ولاَمُ الأَمَرِ والدُّعاَءِ وَلاَ فِى النَّهْيِ وَالدُّعَاءِ وَإِنْ وَمَا وَمَنْ وَمَهْمَا وَإِذْماَ وَأَيٌّ وَمَتَى وَأَيَّانَ وَأَيْنَ وَأَنَّى وَحَيْثُمَا وَكَيْفَمَا وَإِذًا فِى الشِّعْرِ خَاصَّةً
Maksudnya : amil-amil yang men-jazamkan itu ada 18 macam dan terbagi menjadi 2 bagian:
                        1.      Yang menjazamkan kepada satu fi’il mudhori’
1)      Lam naïf, seperti:
لَمْ يَنْصُرْ زَيْدٌ              : Zaid tidak menolong.
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ     : Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Allah. (QS.Al-Ikhlas: 4)
2)      Lamma dengan arti lam seperti:
لَمَّا يَدْخُلْ هَذِهِ الدَّارَ أَحَدٌ    : Seorang pun belum ada yag memasuki rumah ini.
3)      Alam, yaitu lam yang memakai hamzah istifham, seperti:
أَلَمْ يَعْرِفْ أَحَدٌ                : Apakah belum ada seorang pun yang mengetahui?
4)      Alammaa memakai hamzah istifham, seperti:
أَلَمَّا أُحْسِنْ إِلَيْكَ              : Apakah aku tak berbuat baik untukmu?
5)      Lam amar, seperti:
لِيَنْصُرْ زَيْدٌ عَمْرًا           : Hendaklah Zaid menolong Amar.
Lam du’a, seperti:
لِيُعْطِناَ رَبُّنَا                    : Semoga Rabb kami memberikan (sesuatu) kepada kami.
6)      Lam nahi, seperti:
لاَتَفْعَلْ ذَنْبًا                    : Janganlah kamu berbuat dosa.

                        2.      Yang menjazamkan kepada dua fi’il mudhori’, yang pertama fi’il syarat dan yang kedua fi’il jawab syarat, sebagai berikut:
1)      إِنْ huruf syarat, seperti:
إِنْ يَقُمْ زَيْدٌ يَقُمْ عَمْرٌو      : Apabila Zaid berdiri, niscaya Amr pun berdiri.
يَقُمْ pertama fi’il syarat, يَقُمْ kedua jawabannya, sebab berdirinya Amr itu dengan syarat Zaid berdiri.
2)      ما isim syarat, seperti:
مَا تَفْعَلْ أَفْعَلْ                 : Apa saja yang engkau lakukan, tentu aku pun melakukan.
3)      من isim syarat, seperti:
مَنْ تَنْصُرْهُ أَنْصُرْ مَعَكَ   : Siapa saja yang engkau tolong tentu aku pun menolongnya besertamu.
4)      مَهْمَا isim syarat, seperti:
مَهْمَا تَفْعَلْ أَفْعَلْ                         : Setiap engkau melakukan, tentu aku pun melakukan.
5)      إِذْمَا huruf syarat, seperti;
إِذْمَا يَقُمْ زَيْدٌ يَقُمْ عَمْرٌو    : Apabila Zaid berdiri, niscaya Amr pun berdiri.
6)      أيُّ isim syarat, seperti:
أَيَّ تَعْرِفْ أَعْرِفُهُ                        : Siapa saja yang engkau kenal, tentu aku pun mengenalnya.
7)      متى isim syarat, dengan makana أيٌّ, seperti:
مَتَى تَأْكُلْ آكُلْ               : kapan saja engkau makan, maka aku pun makan.
8)      أَيَّانَ isim syarat, seperti:
أَيَّانَ تَنْصُرْ أَنْصُرْ                       : mana saja yang engkau tolong, tentu aku pun menolongnya.
9)      أَيْنَ isim syarat, seperti:
أَيْنَمَا تَنْزِلْ أَنْزِلْ                         : Di mana saja engkau turun, tentu aku pun turun.
Huruf maa-nya adalah maa zaidah atau tambahan
10)  أَنَّى isim syarat, seperti:
أَنَّى تَطْلُبِ الْعِلْمَ تَرْبَحْ     : Setiap engkau menuntut ilmu, tentu engkau beruntung.
11)  حَيْثُمَا isim syarat, seperti:
حَيْثُمَا تُطِعْهُ تُعْطَ أَجْرًا    : Andaikata engkau taat kepada Allah, maka engkau diberi pahala.
12)  كَيْفَمَا isim syarat, seperti:
كَيْفَمَا تَجْلِسْ أَجْلِسْ                   : Bagaimana saja caranya engkau duduk, tentu aku pun duduk.
13)  وَإِذًا khusus dalam syair, seperti:
وَإِذًاتُصِبْكَ خَصَاصَةٌ فَتَحَمَّلْ      : Bila kesusahan menimpamu, maka kamu harus menahan (dengan sabar).
D.    Tashrif Fi’il Mudhar’i

1        Tashrif Fi’il Mudhar’i Ma’ruf (aktif me-)

يَفْعِلُ – يَفْعِلاَنِ – يَفْعِلُوْنَ – تَفْعِلُ – تَفْعِلاَنِ – يَفْعِلْنَ - تَفْعِلُ – تَفْعِلاَنِ – تَفْعِلُوْنَ – تَفْعِلِيْنَ – تَفْعِلاَنِ – تَفْعِلْنَ – اَفْعِلُ – نَفْعِلُ.
2        Tadhrif fi’il Mudhari Majhul (pasif di-)

يُفْعَلُ – يُفْعَلاَنِ – يُفْعَلُوْنَ – تُفْعَلُ – تُفْعَلاَنِ – يُفْعَلْنَ - تُفْعَلُ – تُفْعَلاَنِ – تُفْعَلُوْنَ – تُفْعَلِيْنَ – تُفْعَلاَنِ – تُفْعَلْنَ – اُفْعَلُ – نُفْعَلُ.























PENUTUP
SIMPULAN

الفعل المضارع هو كل فعل يدل على حصول عمل فى الزمان الحاضر أو المستقبل
-         Fi’il mudhori’ yaitu tiap-tiap fi’il yangmenunjukkan atas perbuatan pada masa sekarang atau masa yang akan datang.
Contoh: يَكْتُبُ مُحَمَّدٌ          فعل مضارع

-         Tanda-tanda fi’il mudhori’:
1.      Selalu di awali dengan huruf mudhora’ah
2.      Bisa dimasuki huruf  سين, سوف, قد
3.      Bisa dimasuki (diawali) dengan huruf nashab
4.      Bisa dimasuki huruf  jazam

-         Apabila fi’il mudhori’ tersusun dalam suatu kalimat, maka fi’il mudhori’ tersebut adakalanya dalam keadaan marfu’, manshub, dan majzum.
-         Tanda rafa’nya fi’il mudhori’ adalah dhammah, tanda nashabnya fathah dan tanda jazamnya adalah sukun.










DAFTAR PUSTAKA

  • Al-Ghulayaini, Musthafa. 1991. Jami’ud Durusil Arabiyah. CV. Asy-Syfa: Semarang.
  • Anwar, Moch. 1987. Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyah dan Imrithy. Sinar Baru Al-Gensido: Bandung.
  • Anwar, Moch. 1987. Ilmu Sharaf Terjemahan Matan Kailani dan Nazham Al-Maqsud. Sinar Baru Al-Gensido: Bandung.
  • Ibnu Ahmad, Hasan. Kitabul Tashrif. Rubhan Bangil: Surabaya.
  • Anwar Kasful, Muhammad. Is’afut Thalibhin. Toko Buku Murni: Banjarmasin.

No comments:

Post a Comment